Waspada Kedatangan Dajjal, Tanda Besar Jelang Kiamat


Tanda besar Kiamat yang paling pertama ialah keluarnya Dajjal. Dajjal merupakan anak Adam yang menjadi fitnah paling dahsyat sepanjang zaman. Bila Dajjal sudah keluar banyak manusia akan tersihir untuk mengakui bahkan mengimani Dajjal sebagai tuhan. Mereka mengira Dajjal adalah yang paling berkuasa di muka bumi. Banyak manusia akan meninggalkan keimanan kepada Allah ta’aala karena mengagumi Dajjal. Ia menjadi fitnah paling dahsyat sepanjang zaman. Bila manusia meyakini ada yang lebih berkuasa di muka bumi selain Allah ta’aala berarti ia telah menjadi musyrik, mempersekutukan Allah ta’aala dengan sesuatu selain Allah ta’aala.

Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam:

“Allah ta’aala tidak menurunkan ke muka bumi, sejak penciptaan Adam ’alihis-salaam hingga hari Kiamat, fitnah yang lebih dahsyat dari fitnah Dajjal.” (HR Thabrani 1672)

Yusuf Al-Wabil mengatakan bahwa Dajjal adalah Al-Masih kesesatan yang menyebarkan huru-hara kepada manusia dengan kejadian-kejadian luar biasa seperti sanggup menurunkan hujan, menghidupkan bumi dengan tumbuh-tumbuhan, menghidupkan orang yang sudah mati dengan izin Allah ta’aala dan lain sebagainya. Berbagai kehebatan inilah yang menyebabkan manusia mempercayainya sebagai tuhan.

Asal makna ”dajjal” ialah ”al-kholath” (mencampur, mengacaukan, membingungkan). Dikatakan bahwa ”seseorang itu berbuat dajjal bila ia menyamarkan dan memanipulasi”, dan Dajjal adalah manipulator dan pembohong yang luar biasa.. Ia dinamakan Dajjal karena ia menutupi kebenaran dengan kebatilan, atau karena ia menutup kekafirannya terhadap orang lain dengan kebohongan, kepalsuan dan penipuannya atas mereka.

Berdasarkan hadits Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam diisyaratkan bahwa keluarnya Dajjal bilamana ada dua kondisi di masyarakat: pertama, bila kebanyakan orang awam melupakan atau mengabaikan eksistensi Dajjal. Dan kedua, bila para Imam, da’i, muballigh atau tokoh Islam tidak memandang perlu memperingatkan ummat akan fitnah dahsyat Dajjal melalui mimbar-mimbar tempat mereka berda’wah atau berkhotbah.

“Dajjal tidak akan muncul sehingga manusia melupakannya dan para Imam di atas mimbar-mimbar tidak mengingatkannya.” (HR Ahmad 16073)

Sejujurnya, kedua kondisi yang diperingatkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam tampaknya sudah menjadi realitas kita dewasa ini. Maka sudah sepantasnya ummat Islam mempersiapkan diri menghadapi fitnah paling dahsyat ini. Jangan hendaknya kita bersantai-santai dan menganggap bahwa keluarnya Dajjal masih lama barangkali baru pada generasi anak atau cucu kita nanti.

Bahkan Ahmad Thompson, seorang penulis muslim berkebangsaan Inggris, menulis sebuah buku berjudul Dajjal: the Anti-Christ. Dalam buku tersebut ia menjelaskan bahwa peradaban dunia semenjak sekitar seratus tahun belakangan ini telah menjelma menjadi sebuah Sistem Dajjal. Yaitu sebuah sistem kafir yang segenap lini kehidupannya didominasi oleh Dajjalic Values (nilai-nilai Dajjal). Sebuah sistem yang secara diameteral bertolak belakang dengan sistem Kenabian yang didominasi oleh nilai-nilai keimanan.

Coba perhatikan, tidak ada satupun aspek kehidupan modern dewasa ini yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Sebut saja bidang ideologi, politik, sosial, moral, seni-budaya, ekonomi, pendidikan, militer dan pertahanan keamanan. Semua telah di-shibghah (baca: dicelup) oleh nilai-nilai kekufuran jauh dari shibghah Islamiyyah (celupan Islam). Sistem Dajjal ini sedang menanti kehadiran oknum pimpinannya. Bila sekarang Dajjal keluar maka ia akan segera dinobatkan menjadi pimpinan sistem dunia modern. Sebab sistem ini dibangun agar compatible dengan kehadiran Dajjal.

Maka dalam situasi dunia seperti ini ummat Islam menjadi lebih relevan lagi untuk meningkatkan penghayatannya ketika membaca doa yang diajarkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam di akhir sholatnya pada saat tahiyat akhir menjelang salam ke kanan dan ke kiri.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ’anhu ia berkata: Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Bila kalian membaca tasyahud terakhir maka hendaknya berlindung kepada Allah ta’aala dari empat perkara, “Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari (1) azab jahannam dan (2) azab kubur dan (3) fitnah kehidupan serta kematian dan dari (4) jahatnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal” (HR Muslim 923). [eramuslim]